Sabreen Jouda lahir beberapa detik setelah ibunya tewas akibat serangan udara Israel. Keluarga tersebut sedang berlindung dari perang Israel di kota Rafah, Gaza. Ayah Sabreen, kakak perempuannya berusia 4 tahun dan ibunya terbunuh akibat serangan itu.
Petugas medis mengetahui ibunya, Sabreen al-Sakani, sedang hamil 30 minggu. Petugas melakukan operasi caesar darurat di rumah sakit Kuwait, tempat jenazah disemayamkan. Bayi Sabreen hampir mati, berjuang untuk bernapas, terbaring dalam pemulihan sementara petugas medis dengan lembut memompa udara ke dalam mulutnya yang terbuka.
Beberapa jam setelah serangan udara, Sabreen dirawat dalam inkubator di ICU neonatal di RS Emirat terdekat. Gelang identitasnya tertulis: “Bayi syahid Sabreen al-Sakani,” digambarkan sebagai gadis yatim piatu prematur. Namun dia tidak sendirian, nenek dari pihak ayah dan Ibunya berebut untuk merawatnya.