Harga telur ayam terus mengalami penurunan sejak satu bulan terakhir. Harga normal di pasaran sebelumnya dikisaran Rp21 ribu - Rp23 ribu per kg. Kini harga telur anjlok setiap hari, dibeberapa daerah ada yang mencapai Rp12 ribu dan Rp15 ribu per kg.
BPS bahkan mencatat, penurunan harga telur ayam memicu deflasi 0,04 persen di September 2021. Selain dipusingkan dengan harga telur yang terus melandai. Peternak juga dipusingkan dengan harga pakan yang melambung
Harga jagung di pasaran saat ini mencapai Rp5.200 - Rp5.400 per kg. Padahal, harga jagung sebelumnya masih di kisaran Rp4.500 per kg. Ibarat terjepit atas bawah, peternak ayam mulai gerah. Mereka menuntut peran pemerintah untuk membantu menstabilkan harga telur. Tujuannya satu, agar bisa bertahan di tengah Pandemi.
Seperti yang dilakukan peternak asal Jawa Tengah dan Jawa Timur di Ibukota. Mereka menggelar unjuk rasa di depan Gedung DPR RI Senayan, Jakarta. Mereka memprotes harga telur yang terjun bebas tak terkendali
Anjloknya harga telur dipicu produksi telur yang mengalami overcapacity. Produksi telur ayam ras tahun lalu mencapai 1,58 juta ton dengan tingkat konsumsi 1,52 juta ton. Sejak tahun lalu, produksi telur telah mengalami surplus hingga 55 ribu ton.
Tahun ini, kasus yang sama terjadi kembali, PPKM dan pembatasan kegiatan masyarakat membuat serapan telur makin tak maksimal. Khususnya untuk industri hotel, restoran, dan toko-toko.
Pemerintah mencoba menerapkan berbagai langkah untuk menstabilkan harga. Diantaranya menjaga pengaturan supply dan demand telur ayam. Langkah pemerintah ternyata tidak berdampak banyak.
Gelombang protes masih terus berlanjut di daerah-daerah. Harga telur masih melandai dan mulai banyak peternak gulung tikar. Peternak di daerah juga beraksi ngeluruk kantor DPRD.
Di Ponorogo, peternak protes dengan menggelar aksi berjualan telur di depan kantor anggota dewan. Peternak menjual 50 ton telur dengan harga murah. Peternak berharap pemerintah bisa memberikan solusi bukan sekadar janji-janji.
Tim Liputan