Keterbatasan tidak menghalangi niat seorang mahasiswa penyandang tunanetra asal Kabupaten Lima Puluh Kota untuk berbuat kebaikan. Mahasiswa UGM tersebut mendirikan enam pondok tahfiz dan menjadi tenaga pengajar di sela-sela aktivitas kuliah daringnya.
Ke depannya, Imam juga berniat mendirikan pesantren untuk menampung minat warga dalam mempelajari ilmu agama.
Kontributor: Agung Sulistyo