Sorry, your country is not allowed to access this content.

Tragedi Kanjuruhan, Tembakan Gas Air Mata di Tribun Picu Kepanikan Massal

Sebelum Tragedi Kanjuruhan terjadi, tak ada kejadian aneh hingga peluit akhir ditiup. Pemain dan official Arema bahkan sempat beri penghormatan ke suporter dari tengah lapangan.

Kericuhan mulai terjadi saat seorang suporter menerobos pembatas tribun untuk mendekati pemain. Sejurus kemudian ratusan penonton lainnya ikut turun untuk masuk ke lapangan. Meski penonton memenuhi lapangan, situasi masih kondusif dan polisi dapat kendalikan masa.

Tiba-tiba gesekan terjadi di sisi kanan stadion, pihak keamanan terlihat mengejar dan memukuli penonton. Selang beberapa detik kemudian polisi menembakan gas air mata ke arah tribun.

Hal ini membuat kepanikan dan masa di tribun berlarian menyelamatkan diri. Salah satu penonton bahkan mendatangi aparat memohon untuk tak menembak gas air mata ke tribun, namun diusir.

Perempuan, laki-laki, hingga anak kecil berdesakan untuk keluar, tetapi pintu terkunci. Masa yang frustasi bahkan menjebol dinding gerbang pintu 13 untuk menyelamatkan diri.

Akibat kejadian ini 131 nyawa melayang, dan menjadikan peristiwa ini sebagai tragedi sepakbola terburuk di Indonesia. Pemerintah telah membentuk Tim Gabungan Independen Pencari Fakta untuk mengusut kejadian, termasuk mengapa pintu keluar terkunci.

Tags :Tragedi Kanjuruhan, Kronologi Kanjurhan, Arema, Gas Air Mata, Kanjuruhan

Reporter : Tim MPI
(sir)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Top